Kalau Ada Yang Susah, Buat Apa Yang Mudah

(ilustrasi panggung keyboard, pict by OLX)

Saya paling benci sekali dengan orang yang suka gelar hajatan/pesta memakai musik / panggung keyboard. Sering saya mengomel sumpah serapah jika ada warga dekat rumah yang menggelar pesta pakai musik. Menurut saya, pesta dengan menggelar panggung musik itu ga punya adab, egois dan zhalim..!!!

Kata orang, hidup bertetangga ya harus begitu? Mengalah. Saya bilang tetangga masa gitu..?!?!?! Bukan tetangga namanya kalau menzhalimi tetangganya. Justru tetangga yang baik itu sejatinya menghormati hak-hak tetangganya.

Kok zhalim...?

Apa bukan zhalim namanya, pesta mengorbankan rumah-rumah orang, karena halaman rumah tak ada, maka rumah-rumah orang dijadikan tempat untuk kepentingan pestanya.. Bukan itu saja, jalanan umum pun diblokir, ga cukup dengan merampas rumah dan jalan, harus ditambah dengan polusi udara yang memekakkan telinga dari dentuman speaker soundsystem keyboard.

Apalagi musik-musik yang sering didendangkan itu lagu-lagu dangdut murahan. Makin membuat sakit kuping ini. Beginilah selera orang-orang kebanyakan?

Sekarang ini kalau mendengar musik, saya suka pusing, mau dangdut, mau metal, jazz, pop dan lainnya, sama saja semuanya, apalagi kalau musiknya dengan sound systen yang menggelegar satu harian, dari pagi sampai tengah malam. Kebayang gimana rasanya derita kuping ini. Padahal dulu saya maniak musik, bahkan seorang musisi.

Di tempat saya fenomena hajatan dengan keyboard memang sudah tak asing lagi, sudah menjadi "wajib" hukumnya. Tak sah rasanya menikah kalau tanpa gelar panggung keyboard. Saking sudah membudayanya, maka jika ada warga yang menikah tanpa pesta / keyboard maka akan dianggap aneh bin ajaib..

Ya, menggelar panggung keyboard seakan menjadi syarat sah pernikahan. Orang-orang rela membatalkan pernikahan, rela mengundur jadwal pernikahan mereka, rela mengutang sana-sini, demi pesta meriah dan keyboard. Menikah tanpa musik dan nyanyi-nyanyi, tanpa joget-joget, apa jadinya? Bagai sayur tanpa dimasak rasanya.

Terkadang tak habis fikir, banyak orang-orang yang hobi sekali menyulitkan diri mereka sendiri. Ada jalan yang mudah, mereka tempuh jalan yang sulit. Dalam hal apa saja mereka persulit diri mereka sendiri, ya mau urusan ibadah, mau urusan duniawi.

Menikah termasuk ibadah. Jadi proses pernikahannya sebenarnya tidak susah, ga ribet, yang penting terpenuhi rukun nikahnya, seperti ada izin wali, saksi-saksi, dan mahar, dan lainnya. Dalam hal mahar pun, Islam menganjurkan agar dimudahkan bagi calon yang tak mampu, supaya pernikahannya berkah. Sudah itu saja. Mudah kan...??

Tanpa pesta pun sebenarnya kita bisa menikah, ngapain dipaksa ngutang sana-sini supaya pesta bisa meriah. Cukup undang tetangga, dan ustadz sebagai penasihat bagi kedua mempelai. Sudah, selesai. Intinya adalah keberkahan dari pernikahan yang dijalankan. Berkah karena ikhtiar yang dilakukan sesuai tuntunan agama, tidak pacaran, tidak berduaan sebelum menikah. Bukan karena unjuk meriahnya pesta serta ramainya musik dan nyanyian.

Tapi orang-orang kebanyakan, apalagi di zaman now ini, yang mudah tadi dipersulit, bahkan makin dipersulit. Semakin sulit semakin mereka suka. Menikah ga cukup dengan terpenuhi rukun nikah, harus ditambah lagi, seperti:
  • Adanya prosesi seserahan layaknya walimatul ursy (pesta pernikahan). Padahal baru seserahan tapi sudah gelar pesta.
  • Adanya foto prawedding (belum sah ikatan, sudah peluk-pelukan)
  • Adanya seserahan tempat tidur dari calon lelaki ke wanita (ini lagi bikin ribet)
  • Adanya prosesi adat dalam acara walimatul ursy, menggelar pesta meriah dan panggung keyboard/nyanyian.
  • Mahar yang harus tinggi.
  • Bla..bla lainnya.
Kesemuanya itu tidaklah membuat mudah orang-orang yang menjalaninya. Bahkan sangat sulit, hingga menikah pun harus ditunda, karena tidak punya uang cukup untuk membayar semua tetek bengek yang sulit tadi.

Bukan saja mempersulit diri tapi juga menzhalimi hak orang lain. Iya, lihat saja, gelar pesta dengan mengorbankan rumah-rumah orang dan jalan-jalan umum (karena tak cukup lahan), serta membuat sakit telinga orang dengan polusi suara.

Padahal proses menuju pernikahan pun tidak syar'i / tidak berkah, ditempuh dengan berpacaran, sering pergi berduan (berkhalwat), pegang-pegangan tangan, dan lainnya.

Apa guna pesta pernikahan meriah kalau proses pernikahannya tidak berkah? Menikah bukan sekedar melepas masa lajang, menikah bukan pesta, senang-senang dan hura-hura. Menikah itu bersiap untuk menunaikan tanggung jawab kedua pasangan dalam menjalankan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla.

Menikahlah dengan sederhana saja, kalau memang tak mampu mengadakan pesta. Apa gunanya pesta meriah kalau ikhtiarnya tak berkah? Apa gunanya pesta meriah kalau hanya berujung dosa? Inti pernikahan adalah kebahagiaan hati karena mendapatkan pasangan yang shaleh/shalehah, yang baik agamanya.

Terkadang suka miris melihat sebuah pernikahan awalnya melakukan prosesi islami (baca Al-Qur'an, ijab qabul, mengucap do'a dan shalawat serta tausyiah), eh ujung-ujungnya bermusik ria, dangdutan dengan keyboard, ditambah pula dengan biduanitanya yang seronok. Belum lagi melalaikan shalat wajib. La haula wala quwwata...

Menikah bukan untuk hura-hura dan senang-senang, wahai warga. Tanggung jawab menikah itu berat, bukan hanya sekedar melepas masa lajang, bukan hanya sekedar punya keluarga baru, bukan hanya sekedar menafkahi anak dan istri, tapi lebih dari itu, membimbing keluarga di jalan agama.

Bagaimana mau menuju pernikahan Sakinah Mawaddah wa Rahmah (Samara), kalau jalannya tak berkah dan menzhalimi orang pula? Yang ada kekesalan dan sumpah serapah.

Pentingnya mempersiapkan pernikahan yang Sya'i (berkah) agar tercipta keluarga Samara). Keluarga Samara bukan hanya sekedar basa-basi atau kata pemanis yang diucapkan, tapi diwujudkan sungguh-sungguh dengan mencari pasangan yang shalihah.

Semoga kita bisa menjalankan pernikahan dengan ridha dan restu orang banyak, bukan pernikahan dengan sumpah serapah dan kebencian orang karena dirinya terzhalimi.

Difan

Menulis itu bukan karena kita tahu banyak, tapi karena banyak hal yang ingin kita tahu

Post a Comment

Silakan berkomentar dengan sopan dan santun

Previous Post Next Post