
(ilustrasi - image by www.pinterest.com)
Tidak ada yang wah dalam kehidupan rumah tangga kami, tidak seperti kisah-kisah indah dalam kesetiaan hubungan ikatan suami istri. Istri super santun, lembut. Suami penyabar, penyayang, lemah lembut. Well, that's very perfect man? Kami belum bisa di level seperti itu, bukan ga mau seperti itu? Pastinya kami bercita-cita kesana.
Rumah tangga kami biasa saja. Sama seperti yang lainnya dimana kadang kerap diwarnai pertengkaran bahkan pernah sampai hebat. Namun sesengit dan sehebat apapun pertengkaran ini, pada akhirnya kami selalu saling menyesal, saling rindu, saling sayang, saling memaafkan.
Dan setelah 2 tahun kami menikah. Kini aku tahu sifat kekuranganku, aku ga bisa tanpa dia. Rasanya tak ada semangat melakukan sesuatu aktifitas tanpa dia disampingku. Saat hendak melakukan urusan apa saja, aku pasti minta ditemanin istriku. Ga tahu kenapa? Aku merasa selalu nyaman dan percaya diri bersamanya. Selama ini aku merasa sepi dan gamang dalam hal apa pun, dan kini dia diberikan Allah untukku sebagai penguat sisi lemahku.
Tak heran kalau dia sedang melakukan aktifitas rutinnya di luar rumah, saya begitu kesepian. Namun saat ia kembali ke rumah, betapa semangat diri ini.
Bicara tentang istri, teman kerjaanku dulu pernah berseloroh, dia bilang:
"Ada cara supaya kita tidak bosan dan lebih semangat dalam melakukan aktifitas kerja?"
"Caranya?"
"Taruh foto istrimu didalam dompet. Lalu saat timbul perasaan malas, buka dompet dan pandangi foto istri?"
"Dijamin pasti semangat kembali bekerja!"
Maksud dia semangat memandang foto istri bukan karena semangat cinta tapi karena takut sama istri. Saking takutnya makanya mau ga mau jadi terpaksa harus bangkit. Ya kalau sampai dipecat bisa melayang panci dan piring. Teman-teman kerja lainnya pada terbahak-bahak mendengar guyonan tadi.
Masya Allah segitu jeleknya candaan mereka tentang istri? Apa memang begitu fakta kehidupan rumah tangga mereka? Istri itu bagi mereka seolah sebagai sosok yang ga disukai hingga dijadikan bahan becandaan. Terbayang sama istri, jauh sekali sosok istriku dari gambaran guyonan mereka. Istriku ga pernah mengatur-atur kehidupanku. Saya bukan tipe suami takut istri.
Saya juga simpan foto istri dan anak di dompet. Tak usah pandang fotonya, aku bayangkan saja wajahnya, semangatku kembali timbul. Dan ini sudah aku buktikan saat di tempat kerja.
Jangan takut dengan istri, wahai para suami? Istri itu bukan tempat atau sosok yang ditakuti tapi sosok yang harus dibimbing, dipimpin dan disayangi. Jadi kalian para lelaki itu imam untuk istri-istri kalian. Jangan jadikan istri kalian hanya sekedar istri belaka. Jadikan dia juga sahabat kalian. Bawa istri saat kita hendak pergi kemana saja kalau memang memungkinkan.
Membercandai/mengolok-olok istri itu bukanlah suatu hiburan atau sebuah keisengan. Istri itu seharusnya menjadi penyemangat bukan menjadi tempat bahan guyonan yang ga lucu apalagi dimata kita istri itu "Horror".
Dibawah ini saya kutip kata-kata tausyiahnya ustadz Firanda tentang hubungan suami-istri.
Lelaki yang bahagia adalah yang menemukan kebahagiaan di rumahnya, betah di rumah, dan selalu ingin pulang
Boleh jadi seseorang menemukan sumber kebahagiaan di luar rumahnya, akan tetapi jika dia tidak menemukan kebahagiaan dalam rumahnya, maka sejatinya dia tidak bahagia
Lelaki yang belum bisa tenteram di rumahnya bersama istri sejatinya sedang dalam penderitaan yang berkepanjangan
(Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A)
Nah bisa jadi anda-anda yang mengolok-olok istri sebagai candaan mempunyai hubungan yang tidak harmonis dengan sang istri hingga risih dan tak nyaman bila dekat dengan istri. Kalau sudah tak nyaman maka tak ada lagi kebahagiaan, iya kan? Banyak para suami yang malas membawa istrinya pergi jalan-jalan, mereka lebih enjoy berjalan-jalan dengan teman-temannya.
Semoga kita para suami tidak seperti itu ya? Mari kita jadikan istri kita bukan hanya sekedar istri tapi juga menjadi sahabat karib yang bisa menjadi tempat penyemangat dalam suka dan duka.
Untuk istriku: Doakan suamimu, semoga aku bisa meraih impian yang saat ini tertunda untuk kebahagian kita bersama..
Tags:
Fathan Mubina