Istri Yang Bekerja VS Istri Yang Diam Di Rumah

Fenomena para istri pencari nafkah semakin banyak dijumpai di era jaman now ini. Tugas suami yang sedianya menjadi tulang punggung keluarga telah tergantikan oleh sang istri. Sementara sang suami diam di rumah mengurus rumah tangganya.

Apakah ini pertanda akhir zaman atau emansipasi wanita?

Mungkin saja, yang jelas ini pertanda ketidak berhasilan pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya. Akibat ketidakstabilan perekonomian negara yang membuat susahnya mencari pekerjaan. Ditambah adanya wabah Covid-19 yang tak jelas, jadi menambah panjangnya daftar PHK dan pengangguran.

Makanya saya tak selalu menyalahkan orang-orang yang menganggur. Tidak semua orang yang menganggur itu malas bekerja. Faktanya memang susah mencari pekerjaan. Kalaupun ada lowongan, syaratnya kebanyakan wanita, masih lajang, usia muda, cantik pula. Intinya kebanyakan wanita yang dipekerjakan ketimbang lelaki. Maklumlah wanita itu daya tariknya adalah wajah (cantik yu now), udah gitu gampang diatur, ga neko2, ga kaya laki-laki yang sering protes.

Yang gini ini penyebab wanita itu lebih banyak bekerja ketimbang laki-laki.

Banyak penyebab kenapa ada istri yang bekerja, diantaranya karena gaji si suami kecil, atau suami tak bekerja, atau gaji suami tinggi tapi istri tidak puas, dengan alasan tidak mau dibawah bayang-bayang suami (wanita karir ini biasanya).

Para istri mengklaim kalau mereka ikut bekerja (walau pun suami sudah bekerja) akan bisa membantu perekonomian keluarga, bisa beli barang-barang yang yang diinginkann, dan lainnya. Pokoknya istri mandirilah, tidak bergantung pada suami. Jadi katanya, lebih nikmat istri yang bekerja ketimbang diam di rumah .

Mana yang lebih baik, wanita yang bekerja atau wanita yang diam di rumah mengurus rumah. tangganya?

Tugas mencari nafkah sejatinya memang dibebankan kepada suami. Karena sudah kodratnya laki-laki seperti itu, yaitu punya fisik yang kuat hingga mereka mampu bekerja walau dalam zona yang tak nyaman.

Tapi kenyataan tidak semua berjalan seperti mana mestinya. Tugas mencari nafkah sering tidak bisa dilakukan oleh suami. Karena susahnya mencari lapangan pekerjaan atau sebab-sebab lain membuat istri membantu beban suaminya.

Kalau memang si suami tak bekerja atau penghasilannya minim, boleh-boleh saja istri membantu perekonomian keluarganya dengan bekerja, sampai si suami nanti mendapatkan pekerjaannya atau penghasilannya yang mencukupi. Ustadz Khalid Basalamah Hafidzahullah memberikan jempol untuk istri seperti ini, ketimbang harus berselingkuh mencari suami lain, kata beliau.

Tapi harus diingat ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan oleh istri yang bekerja. Berikut hal yang harus diperhatikan:
  1. Usahakan istri bekerja sesuai dengan kodratnya. Artinya hindari bekerja di wilayahnya laki-laki, misalnya jadi montir, jadi satpam, Jadi supir angkot dan lainnya.
  2. Tidak boleh tabarruj (menarik perhatian laki-laki) seperti berhias agar menampakkan kecantikannya, memakai minyak wangi, memakai pakaian yang seksi, dan lainnya. Bisanya yang kayak gini seperti pramugari, salesgirl, dan sejenisnya, hindari pekerjaan kayak gini.
  3. Istri yang bekerja harus menutup aurat seperti berjilbab, dan tidak berbusana ketat.
  4. Tidak melupakan tugas sebagai seorang istri dan dan ibu dari anak-anaknya.
  5. Bekerja di tempat yang halal/berkah.
  6. Harus ada izin dari suami
Tujuan ditetapkannya syarat-syarat diatas, agar si istri (wanita) terjaga fitrah Muslimahnya dan terhindar dari fitnah. Menurut Syariat, wanita itu afdhalnya (utamanya) berada di dalam rumahnya.

Tidak salah istri membantu suami yang memang belum bisa menberikan nafkah yang layak. Apalagi suami tersebut adalah suami yang baik dan taat agamanya. Cinta itu butuh pengertian, pengorbanan dan kesetiaan. Cinta bukan hanya yang manis-manis dan indah-indah.

Nah bagaimana dengan istri yang sudah punya suami dengan gaji mencukupi / standar, namun si istri tetap ingin bekerja, dengan alasan ingin punya uang lebih, biar bisa beli TV bagus, beli Hp baru, beli mobil, beli kosmetik mahal, beli perhiasan.

Ketahuilah kalau anda termasuk tipe istri seperti ini, maka anda termasuk kedalam golongan istri yang tak tahu mensyukuri nikmat yang diberikan.

Anda sudah punya suami yang bekerja dan memberikan nafkah untuk anak dan istrinya. Kebutuhan keluarga sudah tercukupi, meski ada kekurangan disana-sini. Harusnya anda bersyukur, lihat kebawah, jangan terus lihat keatas, banyak istri-istri yang bekerja keras dari pagi sampai sore, karena suami mereka yang tak bekerja atau suami mereka yang penghasilannya kecil. Anda mau jadi seperti mereka?

Bersyukur itu banyak berkahnya, anda akan dapat ridha suami juga ridha Allah. Kalau dituruti semua yang tidak cukup, ga kan pernah cukup. Gaji suami 3 juta pun dibilang kecil. Maka syukuri yang ada, dengan bersyukur, insyaallah akan Allah tambah nikmatmu.

Apa yang anda dapat dengan memaksakan bekerja? Yang ada anak-anak anda akan terlantar dari kasih sayang ibunya. Tidak ada lagi waktu untuk mengurus suami dan anak. Semua dibebankan kepada baby siter atau pembantu. Dan anda kehilangan fitrah anda sebagai seorang wanita (Muslimah).

Jangan dengarkan curhat para wanita pengeluh yang tak puas dengan rezeki yang diberikan suaminya. Bertemanlah dengan komunitas wanita-wanita berilmu/shalehah. Banyak-banyak mengaji jangan banyakin arisan.

Jadi untuk para istri, harus diingat, jangan bernyaman-nyaman mencari kerja diluaran, sementara suamimu mampu mencari nafkah walau pas-pasan. Hargailah jerih payah suamimu, bersyukur menjadi seorang istri. Sebaik-baiknya tempatmu wahai istri memang di rumah, mengurus suami dan anak, disitulah jihad dan ladang pahalamu.

“Dan hendaklah kamu tetap tinggal di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”
(Al Ahzab: 33). sumber: muslim.or.id

Untuk para suami yang belum bisa memberikan nafkah yang layak, jangan bersedih, terus berupaya dan berdoa, dan jadikan dirimu bermanfaat untuk istrimu. Caranya: anda bisa membantu istri dengan mengantar jemputnya bekerja (jika punya kenderaan). Jangan biarkan istri berjalan, dan dibonceng oleh ojek atau berdesakan dalam angkutan umum lainnya.

Semoga bisa mencerahkan.. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui..

Difan

Menulis itu bukan karena kita tahu banyak, tapi karena banyak hal yang ingin kita tahu

Post a Comment

Silakan berkomentar dengan sopan dan santun

Previous Post Next Post