
Seringkah anda mendengar kisah kekerasan suami terhadap istri?
Seperti: Suami yang ringan tangan, suami yang kasar ucapan dan perkataannya, dan lainnya.
Bagaimana tanggapan anda?
Biasanya kaum hawa yang paling emosi atau baperan nih, jika mendengar/melihat perlakuan kasar suami kepada istri (KDRT) tanpa mau mencari tahu apa akar masalahnya. Pokoknya di mata mereka, para lelaki (suami)nya lah yang jadi biang kerok, karena lelaki itu identik dengan mahluk yang kuat.
Kebanyakan dari kita merasa sedih, merasa marah, hiba saat mendengar ada wanita yang disakiti suaminya. Terbayang wanita itu mahluk lemah, tiada berdaya harus mendapatkan perlakuan semena-mena oleh yang namaya lelaki. Para wanita merasa mereka harus dilindungi, dimengerti dan disayangi.
"Maka jangan sakiti kami!! begitu jerit mereka.
Dan simpati atau pembelaan pun banyak mengalir kepada istri (kaum hawa). Tinggallah para lelaki (suami) yang menjadi bulan-bulanan hujatan. "Dasar suami kejam, ringan tangan, zhalim sama istri, bla...bla!"
Sabar.. sabar... Tahukah anda bahwa sang suami atau laki-laki juga mahluk ciptaan Allah yang punya banyak kelemahan dan keterbatasan. Mereka juga punya perasaan, bisa emosi, bisa marah, bisa khilaf dan keliru. Apalagi menghadapi istrinya yang ngeyel, jutek, susah dinasehati dan lainnya. Kesabarannya habis. Pernahkah anda kaum hawa berfikir sampai kesitu?
Kebiasaan saya memang seperti ini, bila ada masalah dalam hal kekerasan/konflik rumah tangga, selalu menanyakan apa sebabnya, mengapa dan kenapa?
"Kenapa suami sering berlaku kasar kepada istrinya?"
"Kenapa suami sering ringan tangan kepada istri?"
"Kenapa seorang anak sering membantah/melawan kepada orang tuanya?"
Dan lainnya...
Mari lihat masalahnya keseluruhan, bukan hanya dari si objek yang merasa tersakiti tadi?
Bisa jadi dalam hal ini, si istri yang menjadi penyebab kemarahan suami, si istrilah yang memancing kemarahan suami.
Banyak kan, istri yang tak mematuhi suami? Disuruh shalat ga mau, disuruh pake jilbab syar'i ga mau, disuruh jangan bertandang ke rumah tetangga malah ngegosip, dan lain sebagainya. Kebanyakan tak mendengar nasehat suami, malah ngeyel, ngebantah, ngejawab. Ditambah lagi sang suami yang memang sedikit emosian (laki-laki memang sudah sifatnya seperti ini, cuma levelnya beda-beda).
Disaat hati kesal, amarah pun naik, syetan bantu ngipas-ngipasin maka terjadilah kekerasan dalam rumah tangga itu. Yang namanya lagi marah pasti out of control (di luar kendali) apapun perkataan dan perbuatan yang diluar kewajaran pasti keluar. Kebablasan.
Dalam hal ini, si istri bukannya mengalah dan diam malah bikin suaminya tambah naik darah. Dan terjadilah hal yang tak diinginkan. Makanya wahai wanita, jika suamimu marah kepadamu, jangan dibantah, jangan dijawab (apalagi memang benar kamu bersalah), tapi diam saja dan dengarkan, jangan meninggi dihadapan suamimu. Lelaki itu selalu merasa benar dan tidak mau dibantah walau pun mereka salah. Maka selaku istri tenangkanlah hati suamimu dengan diam. Jangan sekali-sekali membantahnya dengan nada meninggi.
Saya tak memungkiri, banyak kejadian kekerasan dalam rumah tangga yang memang si suamilah yang jadi biang keroknya. Suami yang berakhlak buruk, penjudi, pemabuk dan sebagainya yang kerap berlaku kasar kepada istrinya. Padahal si istri adalah wanita yang baik-baik, bahkan taat dalam agamanya. Kalau seperti ini kejadiannya maka si suami tersebut berdosa kepada Allah SWT dan istrinya (istri si suami tersebut maksudnya).
Tapi tak semua kejadian seperti yang barusan saya sebutkan? Ada juga laki-laki/suami yang pada dasarnya baik atau suami yang beriman tapi dalam keadaan khilaf arau kondisi iman sedang turun saat menghadapi kengeyelan istrinya. Maka konflik pun terjadi.
Suami itu bukan malaikat, bukan mahluk suci, yang mana bisa dalam keadaan baik terus tanpa cela dan dosa. Walaupun mereka inginnya berakhlak seperti Nabi Allah dan para orang-orang shalihin.
Suamimu itu ya suamimu, seorang laki-laki biasa yang mencoba untuk selalu berbuat baik kepada Rabbnya, kepada agamanya, kepada istrinya, kepada keluarganya. Mereka juga jatuh bangun dalam menggapai keridhaan Rabbnya.
Maka bantulah dia wahai istri untuk bisa menjadi suami yang baik. Taati dan patuhi perintahnya. Kalau kalian para istri ingin diperlakukan baik, maka bantu suamimu untuk bisa berlaku baik kepadamu.
Ingatlah kisah istri Firaun: Asiyah. Beliau adalah wanita shalihah. Dengan kelemah-lembutan dan ketaatannya, Fir'aun tak berkutik kepadanya. Fir'aun selalu menuruti permintaan Asiyah, padahal suaminya seorang yang zhalim. Tanya kenapa? Karena Asiyah adalah seorang istri yang taat kepada suaminya, makanya Fir'aun pun hormat kepada Asiyah.
Bukan berarti dengan menulis ini saya mendukung kekerasan. Bukan itu, kan sudah saya sebutkan di tulisan saya tadi, ada sebagian suami yang memang benar-benar zhalim kepada istrinya, ada juga yang karena khilaf. Walau pun sama-sama melakukan kesalahan tapi ada perbedaan yang perlu dicermati. Mari melihat dari sudut pandang yang berbeda.
Janganlah kita tergesa-gesa menyimpulkan suatu kejadian tanpa terlebih dahulu menyelidiki apa akar masalahnya, agar kita bisa bersikap adil.
Yuk mari kita sama-sama intropeksi dan berbenah diri, suami dan istri atau siapa saja yang dimaksud dalam artikel ini agar bisa menghormati haknya masing-masing supaya tercipta kerukunan dan keharmonisan dalam suatu hubungan.
(Hanya Allah Yang Maha Mengetahui Kebenarannya)
Tags:
Wanita