
Sudah 6 bulan berlalu dalam masa Pandemi Wabah Covid-19 ini. Suasana yang dulu mengkhawatirkan, sekarang berangsur semi normal, bahkan normal-normal aja kayaknya. Masyarakat tidak takut lagi, padahal status daerah masih zona merah. Yang dulu takut keluar rumah, sekarang sudah mulai berani sering-sering keluar, yang dulu takut shalat ke Masjid, sekarang sudah berani, walau semua itu masih mengikuti protokol kesehatan (ini bagi masih waspada dengan bahaya Corona).
Padahal situasi belum aman, dari hari ke hari masih terjadi peningkatan penularan, ini menurut info situs covid-19 daerah masing-masing.
Contohnya daerah saya, masih berstatus zona merah, belum hijau, dan dengan warganya yang super cuek bebek sama bahaya Corona dan Covid-19 ini sampai sekarang masih ramai bahkan makin ramai aktifitas rutin warganya, semuanya mayoritas tidak pakai masker, tidak jaga jarak, hobi berkerumun. Anak-anak berlarian kesana kemari, bahkan ada balita yang dibawa orang tuanya ke pasar. Namun sampai saat ini mereka sehat-sehat saja lho? Tidak ada yang tertular, kalau memang ada yang terinfeksi virus, sudah geger itu kampung. Tapi kenapa angka ODP, PDP dan positif naik terus?
Inilah yang menjadi keheranan dan tanda tanya saya?
Kalau memang virus ini masif penularannya dan ditambahnya bebalnya warga yang tidak mengikuti protokol kesehatan pasti sudah menjadi klaster daerah tersebut, banyak yang terinfeksi dan rumah sakit-rumah sakit penuh dijejali pasien, tapi fakta di lapangan tidak seperti itu.
Masjid ramai, pasar ramai, mini market juga ramai, jalanan ramai tapi semuanya aman-aman saja? Hanya berita-berita di media saja yang memberitakan kasus-kasus yang terinfeksi virus.
Anda lihat negara China (daerah biangnya virus), Iran, Italia, dan lainnya, itu negara-negara yang parah terjangkit virus Covid-19. Dimana-mana berita kematian, di pinggir-pinggir jalan terlihat pemandangan orang-orang yang bertumbangan karena virus, mayat-mayat tergeletak, para medis kewalahan, rumah sakit tak mampu menampung pasien Covid-19. Tapi anehnya di negara +62 tidak ada kejadian seperti itu. Padahal status penularan tinggi dan angka kematian meningkat.
Coba kita bandingkan Covid-19 ini dengan penyakit-penyakit menular lainnya seperti, DBD, TBC, Types, AIDS dan lainnya. Penyakit-penyakit ini rasanya lebih real bahaya penularannya. Tidak usah penyakit berbahaya, ambil contoh demam, jika suatu rumah ada satu orang saja yang terkena demam dan batuk, seisi rumah pasti segera ketularan. Bagaimana dengan Covid-19 wabah berskala global yang begitu cepat penularannya ini di tengah kerumunan orang banyak pula?
Ada apakah ini?
- Apakah virus ini tidak berbahaya?
- Apakah virus ini cuma rekayasa?
- Apakah negara kita hanya segelintir yang tertular tapi pemerintah melebih-lebihkan dan memberi informasi palsu?
- Dan sejuta apakah apakah lainnya.....!!
Wajar saja masyarakat berkhusnuzan (buruk sangka) dengan virus ini, dan ujung-ujungnya medis dan penguasa yang dicurigai. Anda lihat mayoritas warga tidak ada yang mau percaya dengan Covid-19 ini kecuali hanya segelintir. Berbagai spekulasi dan rumor pun bermunculan (maklumlah eranya medsos). Ada yang bilang virus ini cuma bohongan, ada yang bilang cuma flu biasa, ada yang bilang ini kerjaan medis, ada yang bilang ini kerjaan musuh-musuh Islam alias KONSPIRASI, dan lainnya.
Pokoknya pusing kepala membicarakan Covid-19 ini. Semuanya simpang siur. Fakta dan Hoaks sudah tak tampak lagi batas-batasnya. Antara fakta di lapangan dan berita media tidak sinkron.
Mana yang benar?
Entahlah hanya Allah Yang Maha Melihat yang Mengetahui segalanya.
Yang jelas Virus Corona dengan penyakit Covid-19 ini nyata adanya.
Dua teman FB saya ada yang terjangkit Covid-19, satu ada yang sembuh, yang satunya ga tahu beritanya. Ini bukti Covid-19 itu ada.
Apakah ia berbahaya, apakah ia banyak menjangkit di negara kita, Wallahu'alam.
Bukan urusan kita membongkar ini asli atau rekayasa. Terlalu melelahkan rasanya. Dan tidak salah kita telah mematuhi fatwa ulama selama ini, mereka para ulama menginginkan maslahat untuk ummat Islamnya, mereka dan kita bukan detektif Corona, bukan pula ahli Konspirasi yang bisa mencurigai adanya kebohongan atau tidak, setidaknya kita bersama orang-orang yang berilmu, bukan orang-orang yang cuma besar semangat tapi latah.
Yang bisa kita lakukan fokus saja mengikuti protokol kesehatan, tetap pakai masker, faceshield dan jaga jarak. Kita jaga keluarga kita. Lebih aman menghindari resiko bahaya walau belum kita ketahui kebenaran beritanya.
Bagaimana pun saya bersyukur jika daerah saya dan semua daerah di Indonesia ini aman-aman saja selama ini dan semoga tetap aman selamanya. Kita bisa beraktifitas dan beribadah walau sedikit berhati-hati, tidak takut berlebihan lagi seperti dulu..
Tags:
Non Kategori