Adab Bertamu Yang Dilupakan



Seringkah rumah anda kedatangan tamu?

Tamu yang tak diundang?
Maling dong? Hehe.. jangan lah, jangan sampai kedatangan maling, semoga kita dijauhkan dari yang tidak diinginkan..
Maksud saya tamu yang dikenal, yang baik-baik..

Tamu-tamu tersebut itu bisa berupa pak RT, pengurus Masjid, saudara, tetangga, teman, debt kolektor, penagih kartu kredit, sales door to door, kucing nyasar minta makan dan lain sebagainya.

Senangkah anda menerima tamu?

Diantara tamu-tamu tersebut, ada yang bikin senang, ada yang nyebelin bin ngedongkol, ada yang biasa aja dan sebagainya. Pasti seperti ini kan?

Bertamu sebagai wujud silaturrahmi, untuk memperat tali persaudaraan, dan juga untuk keperluan dan kepentingan lainnya. Tapi jika para tamu tersebut tidak mengindahkan adab bertamu, yang jadi bikin stres alias ngeselin.

Banyak adab bertamu yang tidak kita indahkan, salah satunya adalah tidak memperhatikan waktu berkunjung. Ga perduli saat malam dimana orang mau istirahat, disitu dia bertamu, sudah begitu lama pula waktu bertamunya sampai hampir tengah malam baru pulang.

Sang tuan rumah yang memang sudah lelah dan ingin beristirahat tidak bisa berkata apa-apa selain terus senyum yang dipaksakan dan berbasa-basi dengan tamunya (dalam hati sudah ngedongkol habis 😀)

Sudah begitu sang tuan rumah harus mengeluarkan kendaraan untuk mengantarkan tamunya sampai ke persimpangan untuk mencari angkot. Maklumlah malam-malam sudah tak ada lagi ojek dekat rumah. Seperti ini kan merepotkan tuan rumah.

Mungkin si tamu tadi ingin menghormati si tuan rumah dengan membuat dia lama-lama betah di rumah si tuan rumah, karena mungkin si tuan rumah adalah keluarga yang dihormatinya. Mau buru-buru pulang nanti dikira ga sopan. Akhirnya jadi kelamaan, dan jadinya menyusahkan si tuan rumah.

Alasan para tamu-tamu tadi sih memang masuk akal ketika ditanya kenapa tidak berkunjung pagi atau sore saja? Kata mereka sih pagi dan sore tidak ada waktu, jadi terpaksa malam hari. Tapi ya tetap ga benar, jangan dipaksakan malam hari untuk bertamu, hormati privacy tuan rumah. Cari waktu yang lowong, waktu yang memang bukan jam istirahat seperti hari Minggu atau waktu lainnya yang tidak mengganggu.

Dan saat bertamu, durasinya jangan terlalu cepat, juga jangan kelamaan. Lihat situasi dan kondisi. Anda bisa melihat raut muka/sikap si tuan rumah, kira-kira responnya seperti apa? Tidak mengenakkan, hambar, banyak diam, dingin atau terlihat menguap sesekali? 😀

Kalau sudah seperti ini, ya sudahi kunjungan anda, jangan lagi berlama-lama, segera permisi. Tahu diri lah. Jangan terlalu PEDE berkeyakinan bahwa berlama-lama bertamu bisa menyenangkan yang punya rumah. Apalagi saat waktu malam dimana waktu sudah menunjukkan jam 9 lewat, segera permisi pulang. Siapa tahu yang punya rumah letih dan ingin beristirahat.

Dan satu lagi yang harus jeli diperhatikan, saat kita bertamu dan kebetulan si empunya rumah baru saja pulang ke rumahnya membawa bungkusan makanan, sepertinya dia membeli makanan untuk dimakan di rumah. Nah kalau sudah seperti ini, jangan lama-lama bertamunya, persingkat saja, siapa tahu, dia menunda waktu makannya karena kedatangan anda.

Dengan berlama-lama anda bertamu, bisa menghilangkan selera makannya dan makanan yang tadi dibawa sudah keburu dingin.

Sebagai mahluk sosial tidak dapat dipungkiri bahwa kita pasti tak dapat dipisahkan dengan interaksi sosial seperti ini. Bertamu dalam rangka apa pun hajat dan kepentingan kita, yang pasti kita sebagai manusia memang saling membutuhkan satu sama lain selain sebagai ajang silaturrahmi.

Namun sangat sungguh disayangkan banyak dari kita yang melupakan adab bertamu yang baik. Inilah yang membikin para tuan rumah merasa tidak nyaman dalam menerima tamu-tamunya.

Dibutuhkan kepekaan perasaan atau tenggang rasa dalam hal ini, orang yang peka perasaannya maka sebelum dia melakukan kepada orang lain, dia akan melakukannya terlebih dahulu kepada diri sendiri dan bertanya, "Nyamankah diriku kalau dibuat seperti ini?"

Semoga kita bisa menjadi tamu dan tuan rumah yang baik, dan saling menjaga hak perasaan masing-masing.

Difan

Menulis itu bukan karena kita tahu banyak, tapi karena banyak hal yang ingin kita tahu

Post a Comment

Silakan berkomentar dengan sopan dan santun

Previous Post Next Post