
Didiklah Anak Kita Sebagai “BUDAK” Dari Sekarang, Supaya Tidak Menjadi “Raja” Kelak Saat Dewasa
Didiklah Anak-anak kita Sebagai ‘BUDAK’ Dari Sekarang Supaya Tidak Menjadi ‘RAJA’
Kelak bila mereka dewasa.
Mendidik anak sebagai ‘budak’.?
Judulnya seperti bercanda, yaa tapi itulah esensi mendidik anak-anak pada saat sekarang ini.
Mungkin tidak banyak yang setuju dengan fakta ini. Terutama orang tua yang berfikiran bahwa anak tersebut perlu diperlakukan dengan hati-hati.
Anda pernah melihat kejadian dimana ibu sibuk bekerja di rumah, seperti mencuci, mengepel, memasak dan bahkan membereskan kamar anak.
Padahal, si ibu memiliki 2-3 anak gadis dan ke tiga anak gadisnya sedang asyik duduk di depan TV, atau bermain handphone atau laptop.
Dan .. ketika mereka diminta untuk membantu …. Yang ada si anak malah mengeluh, bahkan tidak mau, karena mereka malas dan beberapa alasan lainnya.
Yang lebih parah lagi, mereka malah pergi.. Atau ada juga nich anak yang merajuk atau yang cuek bebek. padahal si anak hanya diminta untuk menutup keran air di dapur
Kadang sampai berteriak pun mereka tidak peduli…
Subhanallah
Bahkan anak laki-laki pun, tidak kalah malasnya, mereka tidak mau melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh anak perempuan? Alasannya gak macholah katanya .. Dan mereka merasa terbebani bila melakukan pekerjaan itu.
Sama seperti anak perempuan, yang lakinya pun lengket seperti dilem saja diam dan asyik…dengan rutinitas sia-sia mereka… beugh….
Budaya Anak Menjadi ‘Raja’ semakin meluas saat ini.
Koq bisa?
Yaa bisalah sebab mereka tidak dididik menjadi ‘budak’ sejak kecil.
Banyak pasangan yang terlalu sayang kepada anak-anak. Keinginan anak-anak semua diikuti.
Mereka tidak diajarkan untuk memahami kesulitan dan kesulitan orang tua mereka.
Ya, orang tuanya kaya .. tapi ingin anak menjadi sukses.. tidak mudah.
Bila para orang tua diberi saran agar jangan memanjakan anaknya. Lalu apa jawaban mereka?
Inilah jawaban mereka …
“Tidak apa-apa mereka kan masih anak-anak..”
“lagian anak laki-laki itu jangan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan seperti itu cuci piring bekas makannya, merapikan tempat tidurnya, menyapu rumah, dan lain-lain, seperti pelayan aja..”
Jika begini alasannya, maka orang tua bersiaplah untuk menjadi “budak” bagi anak di masa tua mereka kelak?
Dan tidak hanya itu …
Ada anak yang sudah sampai menikah masih menyusahkan orang tua untuk membereskan barangnya.
Hal ini banyak terjadi, dan kita sendiri telah berkali-kali melihat dengan mata kepala sendiri.
Ini kenyataan.
Hal ini terjadi di dunia sekarang ini. Pakaian anak dan mantu masih ibu yang mencuci.
Padahal usia lebih dari 30 tahun … mau makan pun ibu yang masak…
Anak-anak yang tidak dididik dengan melakukan pekerjaan sejak kecil, mereka akan canggung melakukannya saat mereka telah dewasa.
Kalau sudah tejadi demikian, mereka melakukannya kurang tulus dan terpaksa saja. Mereka akan melakukannya hanya saat disuruh saja..
Lalu sebagai orang tua melihat hal seperti itu malah tidak menghukum anaknya.
Orangtua harus sadar, mulai dari anak usia 2 tahun, mereka perlu dipelihara dan dididik menjadi ‘budak’. mengarahkan mereka melakukan sesuatu, kadang seperti MEMAKSAKANnya padahal semua itu buat kebaikan sianak kelak di masa depannya.
Jangan terlalu lembut.
Jangan terlalu kasihan kepada anak-anak
Jangan terlalu memanjakan anak-anak.
Ajari mereka banyak kerja keras sejak kecil
Ajari mereka tentang pekerjaan rumah
Ajari mereka arti hidup.
Memupuk kesadaran di dalamnya.
Ajari anak perempuan untuk bekerja membersihkan rumah, sepatunya, memasak, mencuci pakaiannya, piring-gelas dan segala jenis pekerjaan rumah.
Ajari putri Anda tentang kebersihan, terutama kebersihan pribadi.
Anak laki-laki mulai terbiasa membantu insyaallah mereka akan ringan tangan(tidak malas).
Ajarkan anak laki-laki juga untuk melakukan pekerjaan seperti berenang, memperbaiki pipa air, menebang pohon dan banyak lagi.
Jika memungkinkan, ajarkan juga memasak agar mereka juga suka dengan memasak (bukankah para shefe itu laki-laki?). Tidak ada salahnya, tapi itu akan menjadi bonus sebagai orang dewasa.
Anak Kita, Belajar dari Kita.
Orangtuanya rajin dan giat anak-anak bercermin dari orangtuanya.
Libatkan selalu anak-anak dalam setiap aktifitas, sehari-hari.
Ajarkan dan didik mereka dengan cinta tapi perlu TEGAS dan pastikan mereka mengikuti instruksinya.
Biarlah bila saat ini dididik sedikit keras,agar kelak bila mereka besar tidak ingin leha-leha didepan orangtuanya. Dan yang paling ditakuti, berubah menjadi anak durhaka.
Sumber: Lilis Sukmayani Ummu Rio
Tags:
Keluarga