KDRT, Akar Masalahnya: Sering Istri Yang Melawan Kepada Suami

Wah kalau judul ini diekspos ke media publik, bisa membuat grrr 😠 orang-orang +62 ini, khususnya kaum Hawa. Kesensitifan mereka langsung meledak seperti bom atom dalam sekam 😀.

Konflik suami dan istri dalam rumah tangga ini ibarat seorang pejalan kaki ditabrak motor. Yang disalahkan siapa coba? Sudah pasti yang naik motor. Orang ga mau tahu si pejalan kaki kena tabrak karena ga lihat kiri kanan. Yang tahu orang: Si pengendara motor yang salah, karena dia ga hati-hati sampai menabrak pejalan kaki. Sama juga dengan orang yang punya mobil terus nabrak sepeda motor, yang salah ya yang punya mobil. Begitu hukum rimbanya.

Nah kalau dalam KDRT jika terdapat seorang suami marah/emosi terus melakukan kekerasan verbal/fisik, yang disalahin, ya pasti suami lah. Apa pun ceritanya, suami yang jadi terdakwa. Tanpa ampun, suami akan mendapat label negatif oleh orang-orang yang anti KDRT ini. Tapi giliran ada suami yang dilecehkan oleh istri, ga ada istilah KDRT.

Lihat aja baru-baru ini kasus KDRT dari sepasang artis di negeri ini, dimana si istri melaporkan suaminya ke polisi atas perlakuan KDRT. Maka sontak gegerlah dunia jagad +62. Semua kemarahan dan kebencian tercurah kepada si suami. Apa pun ceritanya suaminya lah yang harus dihukum seberat-beratnya. Ga cukup dengan ungkapan benci, mereka melakukan boikot dengan melarang aktiftitas si suami dalam acara-acara televisi. Kata mereka, Tak ada tempat untuk pelaku KDRT, Wuuih ngeri wak...!!!

Tapi anehnya saat si istri mencabut laporan KDRTnya dan ingin berdamai kepada sang suami, eh orang-orang +62 ini sewot, ga terima, dan sekarang bukan cuma suami yang di boikot, tapi juga istrinya. Wuiiih lucu ya...????

Terus gimana sih tentang KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) itu?

Ini menurut saya ya? Saya pribadi jelas ga setuju dengan yang namanya kekerasan baik verbal atau fisik. Untuk kasus KDRT karena selingkuh, saya no komen ya, selingkuh ini khianat lho, apa pun alasannya? Kalau memang sudah tidak bisa ditolerir, ya sudah pisah saja. Namun dalam kasus selain itu, sekali lagi ini menurut saya, dalam suatu konflik suami istri, coba lah lihat akar masalahnya atau dilihat dari dua sisi. Sisi si istri dan suaminya. Tidak ada asap kalau tidak ada api bukan?

Apa penyebab konflik? Coba di urut masalahnya, biar fair gitu. Jangan ngegas dulu, biar kita tidak membully orang.

Apalagi jaman sekarang ini kok banyak kasus suami yang melakukan kekerasan terhadap istri. Kenapa? Ada apa?

Saya teringat akan hadits Nabi, bahwa penghuni terbanyak di neraka adalah wanita, sebabnya karena banyak wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya, banyak wanita yang melawan kepada suaminya, banyak wanita yang tidak menghormati suaminya.

Apakah karena banyak wanita yang tidak shaleh, ooohh tidak. Justru para wanita inilah mahluk yang paling taat kepada Rabbnya. Anda lihat wanita itu lebih rajin ibadahnya ketimbang laki-laki. Coba aja lihat, dimana pun kita melihat mereka, mereka tampak terlihat sedang shalat, baca Qur'an, puasa sunnah, dan lainnya, bandingkan dengan laki-laki yang kebanyakan malasnya minta ampun. Mereka wanita sangat taat kepada Rabbnya, tapi enggan taat kepada suaminya.

Fakta dilapangan sekarang ini banyak wanita yang tidak mau taat kepada suaminya, tidak mau bersyukur dengan pemberian suami, maunya menuntut lebih, dan lainnya. Jika bertengkar, istri bukannya mau mengalah, malah makin meninggikan suaranya. Si suami yang memang punya sifat temperamen, jadi malah terkipasi amarahnya. Dan kekerasan pun tak terhindari. Padahal jika istri itu mau taat kepada suami, maka suami insyaAllah akan menghargainya. Istri yang taat kepada suami, maka suami pun akan menghormatinya.

Ga percaya..???

Coba ambil ibrah dari kisah Fir'aun dan istrinya yang shalehah. Fir'aun itu bukan suami yang baik apalagi shaleh, tapi istrinya Asyiah tetap menghormatinya, dia tetap taat kepada suami, dan akhirnya Fir'aun pun menghormati istrinya.

Sebenarnya mudah kok menaklukkan hati suami. Taati segala perintahnya (selagi bukan maksiyat/dosa. Suami itu bisa luluh dengan kelemah lembutan seorang istri lho?

Mungkin disini para istri makin baper dan komen gini: "Enak aja istri yang disalahin mulu, kami itu uda capek ngurusin rumah, anak dan suami, kami uda cukup mengalah, suami tu yang harusnya tau diri, uda nafkah ga cukup, malah marah-marah, bla..bla.. %&#$?*!!!??.."!!!!

Nah ini dia yang susah, kalau semuanya harus bawa perasaan, ribet. Kalau semua harus bawa perasaan, amalan poligami ga kan bisa dipraktekkan.

Saya maklum, ga semua isteri itu bisa sabar, bisa menahan amarah, bisa memaklumi. Karena kesabaran itu buueeeraaaatt.... Tapi bukan berarti tak bisa dilaksanakan, semuanya bisa diupayakan jika iman yang kita bawa. Makanya istri juga harus maklum, ga semua juga suami kalian itu bisa sabar dan menahan amarah dengan sikap istrinya suka ngomel-ngomel, cerewet, judes, jutek ngeyel dan lainnya.

Idealnya sih, kedua belah pihak (suami dan istri) yang bisa saling menghormati hak-hak masing-masing, saling memaklumi, saling memaafkan. Tapi jarang-jarang ada pasangan suami istri yang begini. Makanya harus ada salah satu yang mengalah. Karena suami rata-rata memang punya sifat ego yang tinggi, mudah emosi, maka disini istrilah yang mengambil peran dengan kehalusan sifat kewanitaannya untuk menetralisir konflik. Ya kalau istri membalas juga kemarahan suami, apa jadinya?

Jangan salah lho ya? Kewajiban istri taat kepada suami itu bukan harus kepada suami yang shaleh, melainkan juga kepada suami yang buruk akhlaknya. Iya, ini idealnya. Banyak kasus dimana para suami yang buruk akhlaknya tiba-tiba kemudian menjadi suami yang baik/shaleh karena kesabaran dan ketaatan istrinya. Ini hikmahnya istri yang taat kepada suami.

Ga ada alasan ilmiyahnya kenapa istri harus taat kepada suami walau suaminya buruk akhlak, sama dengan tak ada alasan ilmiyahnya kenapa anak harus taat kepada orang tuanya walau orang tuanya juga buruk akhlak.

Coba anda bayangkan, ada istri yang baik, punya suami yang brengsek, tapi malah istri dinasehati coba dulu bersabar, dan tetap taat kepada suami. Ada juga anak yang baik, punya orang tua brengsek, menelantarin anaknya, ga pernah kasih makan, dan lainnya, tapi malah si anak dinasehati agar bersabar dan tetap perlakukan orang tua dengan hormat. Ada ga penjelasan ilmiyah kayak gini? Penjelasan kayak gini ga butuh ilmiyah tapi butuh iman di hati, jadi ga bisa pake logika.

Bukan berarti dengan begini, istri itu harus dibawah terus, nerima apa saja perlakuan suami, begitu begitu maksudnya? Istri juga punya hak, dia juga dikasih kebebasan untuk minta cerai dari suaminya yang zhalim dan tak adil. Tapi ini bukan solusi yang utama, diutamakan sikap bersabar terlebih dahulu. Karena dibalik kesabaran ada solusi yang lebih bijaksana.

Penjelasan saya berbelit-belit ya? Ah bodo lah, malas mengeditnya lagi, semoga bisa faham lah ya? 😀

Jadi menurut saya, cobalah dilihat akar masalahnya, kenapa KDRT banyak terjadi, coba dilihat dengan kejujuran dan kelapangan hati? Coba lihat benang merahnya dimana? MUNGKIN KARENA ISTRI YANG TERLALU PENUNTUT, SUKA MENGOMEL, SUKA MELAWAN DAN MEMBANTAH KEPADA SUAMI. Mungkin di poin ini sering terjadi konflik.

Ya saya akui, suami bejat yang menyia-nyiakan istrinya yang baik juga banyak. Saya tak kan mendukung yang kayak gitu.

Jadi para istri sebisa mungkin coba lah ambil hati suamimu. Taati perintahnya, bersabar dengan kekurangannya. Dukung dia dan doakan suami anda agar bisa berubah ke arah yang lebih baik. Bagaimana pun mungkin buruknya suamimu tapi dia tak seburuk dan sekejam Fir'aun, jadi kenapa tak berbuat baik kepadanya? Bagaimana pun, bukankah suami-suami kalian itu pilihan kalian sendiri? Ya terima dong konsekwensinya?

Semoga kita semua para suami dan istri rukun-rukun sajalah ya, jika ada konflik itu biasa, walau hebat sekali pun itu biasa. Dan untuk para istri, kalau suami itu sedang marah, jangan dibalas, jangan dibantah, jangan meninggi dihadapannya. Kalau anda lakukan, ini akan fatal, fatal sekali, apalagi punya suami dengan temperamen tinggi. Laki-laki itu biar pun salah, dia selalu merasa benar, makanya istri diamlah, jangan direspon kemarahan suami, biarkan dia mencak-mencak, nanti akan capek dan menyesal sendiri.

Yang penting selalu saling memaafkan dan kedepannya selalu berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Ayo para istri, bantu suamimu untuk menjadi suami yang baik, dan tentu saja anda juga harus menjadi baik terlebih dahulu.

Wallahu'alam bish shawab...

Difan

Menulis itu bukan karena kita tahu banyak, tapi karena banyak hal yang ingin kita tahu

Post a Comment

Silakan berkomentar dengan sopan dan santun

Previous Post Next Post