Wanita Terkuat Itu Istriku

Wanita terkuat itu kalau dalam dunia fantasi itu ya superhero kayak SuperGirl, iya kan? Bisa terbang, punya kekuatan super dan lainnya. Tapi dalam dunianya si Difan (empunya blog), wanita terkuat itu ya bidadari syurganya alias istrinya tersayang.

"Apa istri si Difan bisa terbang, punya kekuatan lebih, bisa mengeluarkan cahaya dari matanya dan lainnya?"

"Ya ga bisa?"

"Ya kalau gitu bukan wanita terkuat dong?"

"Ya wanita terkuat lah, kan versinya dia, hehe.. setidaknya simak dulu tulisan ini. Protes aja ente?"

♡♡♡♡♡♡♡♡♡

Dulu setelah saya mengkhitbah istri dan setelah acara Walimahan (acara syukuran pernikahan) selesai, dia langsung mengikhlaskan dirinya untuk saya bawa ke rumah keluarga.

Wanita zaman now, sangat jarang ada yang mau ikut ke keluarga suaminya. Begitu tidak enaknya bagi para istri untuk tinggal satu atap dengan mertuanya. Mereka memaksa para suaminya untuk pindah rumah (ngontrak, kalau ga mampu beli), padahal pendapatan suaminya pas-pasan.

Tapi tidak bagi istri saya, dia tidak punya syarat apa-apa untuk ikut keluarga suaminya. Baginya: ibu saya adalah ibunya juga, pengganti orang tuanya yang telah tiada. Anda bisa bayangkan istri saya yang yatim piatu, tak ada orang tua yang menyemangati, tak ada sanak familinya yang turut mengantarkan ke rumah saya, tapi dia berani untuk menjalani kehidupan yang belum tentu nyaman bagi dirinya.

Bertahun dia mendampingi suaminya tentu bukan dengan kehidupan yang mapan, yang nyaman, yang adem, tentrem, gemah ripah lohjinawi dan lainnya. Semua menorehkan suka dan duka, mungkin lebih banyak dukanya. Tapi tak menyurutkan dia untuk tetap berada di sisi suaminya.

Jika kesulitan dan kesedihan sudah tak tertahankan, kepada siapakah dia mengadu? Tak ada orang tempat mengadu kecuali kakak-kakak perempuannya, itu pun mereka juga orang yang tak punya.

Tapi Alhamdulillah istriku tersayang itu tak pernah curhat di media sosial, tak pernah bergosip kepada tetangga, tak pernah menebar fitnah kepada siapa pun. Keluhannya mungkin disampaikan saat dia bermunajat kepada Rabbnya.

Hingga kini saya baru ngeh, kalau istri saya itu adalah pengganti almarhum kakak saya bagi emak, doa saya dulu dikabulkan Allah. Diantara para menantu-menantu emak, cuma istri saya yang dekat dengan emak, walau pun emak tidak menyadarinya. Istriku lah yang selama ini mendampingi emak, membantunya memasak didapur, menemani di rumah.

Istriku tercinta itu memang tidak pintar dan cerdas, karena dia bukan wanita intelektual lulusan perguruan tinggi. Dia juga bukan dari kalangan penuntut ilmu yang fasih ilmu agama, bukan juga aktifis Muslim, bukan juga akhwat jebolan pesantren.

Istriku hanya wanita yang sederhana, ga neko-neko, setia, pengasih, jujur, rajin ibadah, rajin bangun pagi saat sebelum Shubuh, rajin beres-beres rumah, mau mendengarkan nasehat, bukan wanita tukang gosip, bukan wanita matrealistis, dan lainnya.

Untuk ukuran dunia yang serba pamrih ini, istriku itu ga ada apa-apanya. Tapi di mata saya, istriku adalah spesial. Dia yang mau menerima keadaanku. Dia yang membantu meringankan pertanggung jawabanku kepada Allah kelak dalam membimbing keluarga. Dia penyemangat ibadahku, rumahku syurgaku, bidadariku.

Zaman sekarang, istri mana yang mau diajak susah, nyaris ga ada lah? Bukan berarti saya itu sengaja bikin susah istri, tapi keadaanlah yang belum memungkinkan. Dan seorang istri yang baik selalu mendukung dan memberi semangat suaminya dikala susah dan senang.

Tak salah kalau saya menyebut istriku adalah wanita terkuat. Ya, terkuat! Kuat karena berani menjalani zona tak nyamannya.

Aku menyayangimu wahai istriku, setiap saat diluar rumah selalu rindu ingin pulang melihatmu dan sikecil. Bersabarlah wahai istriku, semoga kita mendapatkan hikmah dan berkah dari semua ini.

Difan

Menulis itu bukan karena kita tahu banyak, tapi karena banyak hal yang ingin kita tahu

Post a Comment

Silakan berkomentar dengan sopan dan santun

Previous Post Next Post