Aku Sering GR Sama Allah

(ilustrasi malu)

Sobat, sering GR (gede rasa) ga sama orang-orang? Mungkin saat disanjung atau dipuji atau diperlakukan secara istimewa oleh teman, tetangga. Pasti pernah ya?

Apalagi yang menyanjung dan memperlakukan diri kita istimewa itu bukan orang biasa, ya umpama orang-orang top atau orang pentinglah pokoknya. Serasa hati ini melambung berbunga-bunga. Tak percaya ada orang penting yang mau memperlakukan khusus diri kita.

Tapi bagaimana kalau perlakuan istimewa itu cuma perasaan kita saja? Umpama hal itu ditujukan untuk ke semua orang, bukan kita saja ternyata. Tentu rasanya malu tiada terkira. Semangat pun drop terus 😀

Rasa senang dan bangga karena dipuji tersebut sudah begitu indahnya, padahal baru dari manusia. Bagaimana kalau pujian dan perlakuan istimewa tersebut datangnya dari Allah. MasyaAllah, serasa haru dan menetes air mata ini rasanya.

Nah kalau ternyata perlakuan istimewa yang dari Allah tersebut cuma perasaan kita saja, dalam artian kitanya telalu GR. Aduuuh malunya tiada terhingga. Terlepas itu datangnya dari Allah atau bukan, tapi kita sudah malu akibat terlalu GR.

Kepada manusia saja kita sudah begitu malu, apalagi kepada Allah Azza Wa Jalla?

Saya pernah mengalaminya..

Saya orang yang lemah. Setiap apa-apa selalu bergantung kepadaNya. Sering saya berdoa kepada Allah dalam segala hajat dan keinginan. Dalam berdoa selalu khusyu' saking kepinginnya. Diantara permintaan saya adalah soal jodoh. Tak henti-hentinya saya siang dan malam memohon kepadaNya agar kiranya diberikan jodoh yang sesuai keinginan.

Dan saat seorang jodoh datang apalagi tanda-tandanya terlihat seperti yang saya inginkan, wah berbunga-bunga hati ini rasanya. Hati yang berbunga-bunga tersebut bukan hanya semata karena jodoh saya sudah datang, melainkan karena saya begitu surprais doa saya dikabulkan olehNya. Rasanya tak percaya seorang hamba seperti saya langsung dikabulkan doanya dengan jodoh yang sesuai keinginan. Padahal ibadah saya sering ga khusyu' dan saya pun sering tak luput dari dosa.

Namun ternyata lain yang terjadi. Setelah beberapa bulan lamanya sang calon membatalkan perjodohannya entah karena apa. Disitu saya langsung drop, sekaligus malu. Maluuu sekali sama Allah. Sudah keburu PD dan GR, sudah keburu merasa paling diistimewakan, eh tahu-tahu rasanya bukan itu yang dimaksud. Mau sembunyikan dimana lagi saya untuk menutupi rasa malu ini?

Disitu saya merasa rendah diri sama Allah. Saya bukan kekasihNya, bukan seorang hamba yang istimewa tapi perasaan diri ini sudah menganggap serasa diistimewakan. Begitulah rasa GR ini. Astaghfirullah...

Bukan hanya sekali dua, tapi beberapa kali sering saya merasa GR sama Allah. Dan lagi-lagi saya malu sekaligus juga kecewa. Namun kemudian saya beristighfar kepadaNya.

Sekarang saya baru tahu, mungkin kala itu Allah membatalkan perjodohan saya dengan sang calon, agar menyelamatkan niat awal saya yang ingin mendapatkan jodoh yang shalehah. Dan sang calon tadi belum memenuhi kriteria tersebut. Mungkin akan ada mudharat jika saya menikah dengan sang calon tadi. Allah tetap mengabulkan doa saya dengan membatalkan perjodohan tersebut. Wallahu'alam.

Ketika kita berdoa kepada Allah meminta sesuatu hajat, kita tidak tahu kapan datangnya pengabulan doa tersebut, mungkinkah yang ini atau yang itu? Kita ga tahu, hanya bisa menebak-nebak. Dan sering datangnya pengabulan doa tidak sesuai yang kita harapkan, padahal mungkin itu juga doa kita yang dikabulkan.

Banyak teka-teki / misteri dari Allah yang sering kita terima dalam hidup. Dan kadang kita memang tidak tahu kenapa itu terjadi pada diri kita. Sikap kita yang terbaik menyikapi semua ini adalah Huzdnuzhan (baik sangka) kepada Allah.

Rasa GR itu menurut saya juga merupakan sifat manusia. Fitrahnya manusia ingin dipuji dan disanjung. Manusia akan senang jika diperlakukan dengan istimewa. Hanya saja sikap GR yang berlebihan tentu akan menghasilkan suatu yang tidak baik bagi hati kita. Rasa GR yang datang disikapi dengan keikhlasan hati.

Sekedar hanya berbagi, semoga yang saya tulis ini ada manfaatnya..

Difan

Menulis itu bukan karena kita tahu banyak, tapi karena banyak hal yang ingin kita tahu

Post a Comment

Silakan berkomentar dengan sopan dan santun

Previous Post Next Post