Ulang Tahun bermakna mengapresiasi jatuhnya tanggal kelahiran setiap tahunnya, bisa dalam bentuk perayaan/pesta, bisa juga hanya dengan syukuran.
Tradisi ini sudah melekat dikalangan bangsa kita. Malah sepertinya seolah jadi keharusan yang harus dilakukan setiap tahunnya. Ga cukup dengan manusia yang di ulang tahunkah, sering sebuah perusahaan, daerah atau negara itu juga dirayakan hari jadinya.
Ada cerita di daerah saya, setiap ada momen perayaan selalu dimeriahkan dengan gelar panggung dan nyanyian pakai alat musik keyboard, seperti Nikahan, Sunatan, Ulang tahunan, tahun baruan, syukuran buka usaha. Semua momen-momen ini jadi pesta hajatan yang meriah. Ini seperti hal yang wajib dilakukan.
Nah diantara pesta-pesta tadi, ada yang menggelitik hati saya, yaitu pesta ulang tahun anak. Anaknya masih bayi lagi, masih belum genap 2 tahun. Yang membuat saya tanda tanya, anak bayi itu masih sangat kecil, belum tahu apa-apa, jika dipestakan ulang tahunnya, apa si bayinya ikut merasakan suasana pestanya? Apa dia merasa surprised, senang dan bahagia? 😀
Yang banyak menikmati kan orang-orang dewasanya. Mereka yang makan dan minum serta menikmati alunan musik. Kalau pun ada tamu anak-anak yang datang, paling berusia 4 tahun dan diatasnya, ga mungkin dong tamunya bayi juga yang datang?.
Yang lucunya, ada yang gelar pesta ulang tahun bayinya tapi tidak dengan nyanyian-nyanyian ulang tahun seperti umumnya, malah menyanyikan lagu-lagu disko dangdut. Digelar sampai malam tuh dangdutan keyboardnya. Makin ga nyambung ulang tahun anak apa gelar keyboard dangdut?
Ada juga yang perayaan yang berhubungan dengan anak seperti Aqiqah. Kalau ini kan beda? Ini anjuran dari Rasulullah. Dan mengadakannya juga jangan terlalu berlebihan pakai keyboard segala. Cukup undang ustadz aja kan lebih bermanfaat?
Kalau yang ulang tahun anak usia 4 tahun keatas, ya masih maklumlah, dia sudah agak besar, sudah mengerti. Secara seseorang yang ulang tahun kan harus ada ditengah-tengah pesta dan menyambut tamu-tamunya? Lha kalau bayi? Duduk saja dia belum bisa, gimana dia mau merasakan dan merayakan ulang tahunnya? Disini saya makin geleng-geleng kepala. Ada-ada saja kebiasaan orang-orang ini.
Perayaan ulang tahun ini sendiri pun sudah tidak benar, ini tradisi non Muslim (jahiliyah), berasal dari yahudi dan nashrani. Dan kita disini merayakannya dengan cara yang berlebih-lebihan pula. Maka sudah sepantasnya kita tak merayakannya lagi, apalagi untuk anak kita?
Mungkin anda menganggap ini cuma hiburan dan menyenangkan hati anak? Padahal anaknya saja masih bayi, belum tahu senang atau tidak 😀
Ya, maksudnya masih banyak cara lain untuk menyenangkan hati anak, umpama mengajaknya jalan-jalan bersama keluarga. Senang atau tidaknya anak terhadap sesuatu itu tergantung kita sebagai orang tua yang memulainya dan mengajarinya dari awal. Banyak cara menghibur dan menyenangkan hati anak. Anda bisa memberinya hadiah tanpa harus melalui hari ulang tahunnya. Karena perayaan hari ulang tahun bukan tradisi umat Islam, sejatinya kita jauhi lah yang seperti ini..
Jangan lagi merayakan hari ulang tahun, terutama untuk anak. Kalau sudah sampai tanggal kelahiraannya, doa saja anak-anak kita ini, doakan kebaikan dan keshalehan untuknya. Beri anak kita pencerahan dan ilmu agama. Kita beritahu anak-anak kita sedari dini, mana yang baik dan yang buruk, agar mereka faham dan mengerti. Semoga kita selaku orang tua bisa menjadi orang tua yang shaleh untuk anak.
Semoga ada manfaatnya...
Tags:
Keluarga