Hikmah Dibalik Wabah Virus Corona Bagi Penulis



Suasana di saat pandemi virus begini memang tidak mengenakkan. Aktifitas kita dibatasi, kemana-mana merasa khawatir. Keluar rumah untuk yang penting-penting saja seperti kerja, belanja ke pasar atau supermarket, sedangkan untuk yang sekolah, kuliah dan ibadah ke Masjid sudah tak bisa (apalagi di zona merah). Semua takut tertular Covid19.
Yang keluar untuk keperluan penting pun rasanya was-was, ga nyaman. Bawaannya curiga sama siapa aja yang ngedeketin. Di fikiran kita, "Jangan-jangan orang ini tertular Covid19?"
Belum lagi kegiatan pake masker yang ga nyaman di pernafasan, tiap menit harus cuci tangan pake antiseptik, bisa kering tangan ini rasanya.

Berita-berita tentang Covid19 pun viral bersileweran di seantero media. Yang memberitakan tentang yang Positif, ODP, PDP, OTG dan korban yang meninggal, yang ditolak jenazah akibat Covid19 oleh masyarakat, atau apalah, tentang daerah yang tadinya hijau tahu-tahu berubah jadi zona merah. Ada Social Distancing, PSBB, Lockdown, aduuuh sesak dada melihat ini semua. Pokoknya virus Corona membuat kita semua was-was, susah, khawatir, cemas. Tiada hari tanpa berita Covid19.

Tapi, apa benar virus Corona ini selalu merugikan kehidupan manusia?
Ternyata ga melulu virus Corona ini merugikan kita. Ada hikmahnya untuk semua manusia.
Selidik punya selidik ternyata ada juga hikmah pandemi Covid19 ini untuk saya pribadi.

Hikmah dibalik Wabah Covid19 Dalam Kehidupanku

Pertama: Bisa Beristirahat
Kegiatan harian saya sehari-hari adalah berdagang, saya punya kios (rumah toko) sendiri. Bersama adik, saya buka usaha foto kopi, alat-alat tulis, atribut anak sekolah, pulsa dan voucher juga menjual beragam masker dan sarung tangan buat motor.
Kegiatan harian lainnya adalah (nah ini yang menguras energi) yaitu mengantar jemput istri kerja. Bukan..., bukan saya merasa keberatan antar jemput istri, justru saya ga rela istri naik angkot ke tempat kerjaannya. Yang saya keluhkan jauhnya jarak antara rumah kami dan kota apalagi tempat kerja istri, makin jauuuuh rasanya serasa pergi ke luar kota.

Dan hari demi hari rasanya tubuh ini ga kuat lagi, motor kesayangan saya pun kalau bisa ngomong, dia akan bilang, "Uda capek kali aku bang, 3 tahun bolak-balik menempuh perjalanan jauh, aku pengen istirahat bang, plis lah?"
Mungkin seperti itu keluhan motor saya kalau dia bisa ngomong.
Tapi bukan cuma motor saya saja yang berkeluh kesah, saya juga lho? Mau dengar keluhan saya dalam hati?

"Ah andaikan yayasan di tempat istriku bekerjanya diselang-seling, hari ini kerja, besok libur, lusa kerja lagi, begitu seterusnya, aku kan bisa beristirahat. Atau andaikan kami punya usaha sendiri yang cukup maju, kan ga perlu lagi pagi-pagi buta uda bangun ngurus si kecil dan langsung berangkat kerja? Andaikan seperti itu, bisa ga ya?"

Tapi mana bisa, bukan kita yang mengatur segalanya. Terpaksalah rutinitas yang melelahkan itu dilakukan.

Sampai akhirnya Corona mengobrak-abrik kehidupan negeriku. Semuanya berubah.
Akibat dari wabah Covid19 yang ditimbulkan virus Corona maka sekolah dan kampus para siswanya dirumahkan. Termasuk di Yayasan dimana istri saya bekerja. Para siswa dan mahasiswa di Yayasan tersebut dirumahkan. Dan itu berdampak pada semua tenaga kerja didalamnya. Rutinitas kerja mereka pun dikurangi, yang tadinya kerja full seminggu kecuali Minggu, sekarang seminggu cuma 3 kali kerja dan jam kerja cuma setengah hari lagi. Aktifitas karyawan dikurangi guna meminimalisir penyebaran virus Corona. Yayasan yang tadinya sepi tanpa anak sekolah dan mahasiswa, sekarang makin sepi lengang.
Dan ini sangat menguntungkan diriku. Aku jadi bisa istirahat, bisa fokus ke jualanku. Apalagi ini sudah mau masuk Ramadhan, aku bisa lebih beristirahat.

Kedua: Omset Usaha Lumayan
Jualan pulsa dan maskerku yang sebelum Corona sepi, saat Corona malah lumayan banyak pembeli, Alhamdulillah memang. Tapi bukan berarti saya bersenang-senang didalam penderitaan orang banyak ya?

Ketiga: Semua Orang Sama
Di situasi Corona ini, semua orang merasakan khawatir kehilangan pekerjaan, semua orang cemas jualannya sepi pembeli. Perusahaan-perusahan juga kehilangan omset, dan lainnya. Intinya semua merasa masa depan tak menentu, suram, takut ga makan, takut kehilangan pekerjaan, takut dagangannya sepi.
Tapi itulah yang kurasakan sehari-hari dalam hidupku. Dengan jualan sepiku, aku berharap-harap bisa membantu perekonomian keluarga. Terkadang sampai memohon-mohon dengan membuang rasa malu saya meminta pekerjaan di perusahaan/yayasan. Tapi apa daya, saya yang tak punya koneksi orang dalam dan tak punya keahlian khusus ini mana bisa begitu aja ujug-ujug diterima kerja?
Nah dengan momen ini, mereka-mereka itu bisa merasakan apa yang selama ini saya rasakan, bukan balas dendam bro, ga seperti itu kok? Di situasi Covid19 ini, semuanya sama merasakan. Semoga sehabis wabah, kita semua bisa lebih peka, lebih pengasih dan perduli.

Itulah hikmah dibalik wabah Covid19 ini. Namun dibalik hikmah yang saya dapat, tetap tak bisa saya pungkiri perasaan khawatir dan kecemasan saya dengan adanya wabah ini.
Pertama, saya khawatir dengan keselamatan keluarga saya, kedua saya merasa ga nyaman meninggalkan shalat wajib di Masjid sekian lamanya.

Meskipun ada hikmah dibalik musibah tapi tetap berharap agar musibah itu segera berlalu, agar orang-orang bisa merasa aman kembali dalam beraktifitas dan beribadah. Ga enak hidup dalam masa wabah begini.
Semoga cepat berlalu wabah ini...

Marhaban Ya Ramadhan



Difan

Menulis itu bukan karena kita tahu banyak, tapi karena banyak hal yang ingin kita tahu

Post a Comment

Silakan berkomentar dengan sopan dan santun

Previous Post Next Post